SISTEM KOORDINAT PETA DAN PROYEKSI PETA
SISTEM KOORDINAT PETA DAN PROYEKSI PETA
Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota,
negara atau benua yang memperlihatkan kharakteristik utamanya bila di lihat
dari atas [Collin English Dictionary, 2003]. Jadi pemetaan dapat
diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan bumi yang di proyeksikan ke
dalam bidang datar dengan skala tertentu.
Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan
untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang
secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi
sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan
hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan
sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu
menjadi bentuk dimensi yang sistematik.
Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai
ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan
istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk
bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk
menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang
sangat tidak beraturan.
Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias
melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu
gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang
lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan
bumi.
berikut ukuran bumi dalam angka :
Ellipticity: 0.003 352 9
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1
radius equatornya lebih panjang dari
pada radius kutub
Sistem UTM (Universal Transvers Mercator
) dengan system koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia.
UTM menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu
silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga
garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan
garis bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi
horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan
conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi
dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh
dua meridian sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh,
zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga
168° BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai
180° BT. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU.
Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS
kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F,
hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80° LS hingga 72°
LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS
diberi notasi E, dan seterusnya.
Peta UTM Dunia
Pembagian Sistem Proyeksi Peta
Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa
dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
wPertimbangan
Ekstrinsik:
Bidang proyeksi yang digunakan:
- Proyeksi azimutal / zenital: Bidang
proyeksi bidang datar.
- Proyeksi kerucut: Bidang proyeksi bidang selimut
kerucut.
- Proyeksi silinder: Bidang proyeksi bidang
selimut silinder.
Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi:
- Proyeksi Tangen: Bidang proyeksi bersinggungan
dengan bola bumi.
- Proyeksi Secant: Bidang Proyeksi berpotongan
dengan bola bumi.
- Proyeksi "Polysuperficial":
Banyak bidang proyeksi
Posisi sumbu simetri bidang proyeksi terhadap sumbu
bumi:
- Proyeksi Normal: Sumbu simetri bidang proyeksi
berimpit dengan sumbu bola bumi.
- Proyeksi Miring: Sumbu simetri bidang proyeksi
miring terhadap sumbu bola bumi.
- Proyeksi Traversal: Sumbu simetri bidang proyeksi
^ terhadap sumbu bola bumi.
wPertimbangan
Intrinsik:
Sifat asli yang dipertahankan:
- Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan:
luas pada peta setelah disesuikan dengan skala peta = luas di asli pada
muka bumi.
- Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan,
sehingga sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di
muka bumi.
- Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta
setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi.
Cara penurunan peta:
- Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau
proyeksi sentral.
- Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan
hitungan matematis.
- Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh
dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis.
Gambar : jenis bidang proyeksi dan
kedudukannya terhadap bidang datum
Proyeksi Peta dapat diklasifikan menurut bidang
proyeksi yang digunakan, posisi
sumbu simetri bidang proyeksi, kedudukan bidang
proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan
geometrik yang dipenuhi.
Menurut bidang proyeksi yang digunakan
Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk
memproyeksikan gambaran
permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang
dapat didatarkan. Menurut
bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta
adalah:
Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar.
Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah garis yang melalui pusat bumi dan tegak
lurus terhadap bidang proyeksi
- Proyeksi Kerucut (Conic)
Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu
simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi.
- Proyeksi
Silinder (Cylindrical)
Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu
simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari silinder yang melalui pusat bumi.
Menurut posisi sumbu simetri
bidang proyeksi yang digunakan
Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang
digunakan, jenis proyeksi peta adalah:
- Proyeksi
Normal (Polar): Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi
- Proyeksi
Miring (Oblique): Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap
sumbu bumi
- Proyeksi
Transversal (Equatorial): Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus
terhadap sumbu bumi
Proyeksi Konform
Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di
atas peta sama dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi,
sehingga dengan memperhatikan factor skala peta bentuk yang digambarkan di atas
peta akan sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi.
Proyeksi Ekuivalen
Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama
dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala
peta)
Proyeksi Peta yang umum dipakai di Indonesia
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal
konform. Pada proyeksi ini, setiap
bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan
dua garis meridian yang masing-masing
berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat
garis paralel rata-rata yang disebut
sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata
yang disebut meridian standar. Titik
potong antara garis paralel standar dan garis meridian
standar disebut sebagi ‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi
nomor dengan
dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka
romawi menunjukan letak garis
sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab
menunjukangaris meridian standarnya (λ 0).
Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya
adalah :
Paralel standar : dimulai dari I (Ï• 0 =
6°50′ LU) sampai LI (Ï• 0 =10°50′ LU)
Meridian standar : dimulai dari 1
(λ 0 =11°50′ BT) sampai 96 (λ 0 =19°50′ BT)
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841
dan meridian nol Jakarta
(λ Jakarta =106°48′ 27′′,79 BT)
SISTEM KOORDINAT
Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan
Sistem Koordinat. Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan
bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system koordinat
yang digunakan pada pemetaan yakni :
1.Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat
2.Sistem Koordinat 2 Dimensi.
3.Sistem Koordinat 3 Dimensi.
Kalau kita memperhatikan sebuah peta,
kita akan melihat garis-garis membujur (menurun) dan melintang (mendatar) yang
akan membantu kita untuk menentukan posisi suatu tempat di muka
bumi.Garis-garis koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk angka) yang
dibuat berdasarkan kesepakatan. Perpotongan antara garis bujur dan garis
lintang yang disebut dengan koordinat peta.
Sistem Koordinat merupakan kesepakatan
tata cara menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem
koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing di
permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah menjadi
lebih mudah.
Saat ini terdapat dua sistem koordinat
yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu system koordinat BUJUR- LINTANG dan
sistem koordinat UTM (Universal TransverseMercator). Tidak semua sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat
bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan dengan
kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem
koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia.
Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam
bahasa Inggris disebut Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang
menentukan, yaitu :
- Garis dari atas ke bawah (vertikal)
yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga
garis lintang (Latitude).
- Garis mendatar (horizontal) yang
sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur (Longitude).
Sistem Koordinat UTM (Universal
Transverse Mercator)
Koordinat Universal Transverse Mercator
atau biasa disebut dengan UTM, memang tidak terlalu dikenal di Indonesia karena
lebih sering menggunakan koordinat bujur-lintang.
Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM
Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi
dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan
antara garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir
di tempat berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6
(derajat) atau sekitar 667 kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona
lintang dengan panjang masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890
km. Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir
pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak
dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona
UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis
lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M,
Kabupaten Jember terletak di zona 49M.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat
UTM
Berikut ini adalah beberapa kelebihan
koordinat UTM :
- Proyeksinya (sistem sumbu) untuk
setiap zona sama dengan lebar bujur 6 .
- Transformasi koordinat dari zona ke
zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh
dunia.
- Penyimpangannya cukup kecil,
antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70 cm/ 1000m.
- Setiap zona berukuran 6 bujur X 8
lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84 LU memiliki ukuran 6 bujur X 12
lintang).
Macam-macam Proyeksi peta
1.
|
Berdasarkan
sifat asli yang dipertahankan
|
|
|
a.
|
Proyeksi
Ekuivalen adalah
luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di
atas muka bumi setelah dikalikan skala.
|
|
b.
|
Proyeksi
Konform artinya
bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk
aslinya.
|
|
c.
|
Proyeksi Ekuidistan artinya
jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala.
|
|
|
|
2.
|
Berdasarkan
Kedudukan Sumbu Simetris
|
|
|
a.
|
Proyeksi
Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi.
|
|
b.
|
Proyeksi
Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi.
|
|
c.
|
Proyeksi
Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau
terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial.
|
|
|
|
3.
|
Berdasarkan
bidang asal proyeksi yang digunakan
|
|
|
a.
|
Proyeksi
Zenithal (Azimuthal), adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar
sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat
pada satu titik.
Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi gambar 03.5. Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi.
Ciri-ciri
Proyeksi Azimuthal:
a. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub. b. Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub. c. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama. d. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran.
Proyeksi
Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
a. Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub. b. Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator. c. Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara kutub dan ekuator.
Untuk
memperjelas pemahaman, perhatikan gambar berikut ini!
|
Khusus proyeksi Azimut Normal
cocok untuk memproyeksikan daerah kutub.
Perhatikan gambar berikut ini!
Perhatikan gambar berikut ini!
Karena
proyeksi Azimuthal paling tepat untuk menggambarkan kutub, maka penggambaran
kutub melalui proyeksi ini dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1.
|
Proyeksi
Gnomonik
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4. Proyeksi Mollweide
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta. 5. Proyeksi Gall
Sifatnya sama luas, bentuk sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati kutub. 6. Proyeksi Homolografik (Goode)
Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta. 5. Proyeksi Gall
Sifatnya sama luas, bentuk sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati kutub. 6. Proyeksi Homolografik (Goode)
Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran
Digitasi Peta Secara Otomatis di Arcgis
Mungkin anda sudah mengenal software digitasi peta secara otomatis macam RasterVect ataupun Raster2Vector. Sekali lagi, saya mempromosikan piranti lunak GIS dan mapping tercanggih saat ini; ESRI ArcGIS, untuk melakukan operasi yang sama, digitasi otomatis tanpa kita kudu klak-klik tanpa henti. Kini, anda bisa menghemat tenaga dan menghindari jari telunjuk anda menjadi tremor!
Mungkin anda sudah mengenal software digitasi peta secara otomatis macam RasterVect ataupun Raster2Vector. Sekali lagi, saya mempromosikan piranti lunak GIS dan mapping tercanggih saat ini; ESRI ArcGIS, untuk melakukan operasi yang sama, digitasi otomatis tanpa kita kudu klak-klik tanpa henti. Kini, anda bisa menghemat tenaga dan menghindari jari telunjuk anda menjadi tremor!
Aktifkan ArcMap dari
menu Start> All Programs> ArcGIS> ArcMap. Dari View,
tekan Add Data. Pilih file gambar raster yang akan di-scan. Setelah
muncul jendela Add Data, misalnya yang akan dipanggil adalah
peta.bmp. jangan langsung di-klik, lalu Add. dalam hal ini, yang
musti kita lakukan adalah dengan klik ganda file peta.bmp hingga kita bisa
‘masuk’ dalam file raster tersebut, dan menemukan band RGB atau Band_1, 2 dan
3. Misalnya, yang akan kita pilih adalah Band_1, tinggal klik sekali, lalu
tekan Add, atau klik ganda pada file Band_1. Tidak ada pengaruh
signifikan untuk kita pilih band 1, 2 atau 3. singkatnya, semua sama.
Pastikan anda sudah mengaktifkan
ekstensi ArcScan, yaitu dari menu Tools>
Extensions…>ArcScan. Beri tanda centang (V), lalu klik Close
Klik pada sembarang tempat kosong di menu
bar atau button bar, lalu dari list yang ada, pilih ArcScan
Sekarang toolbar ArcScan sudah muncul,
akan tetapi menu Vectorization tetap belum aktif. Hal ini
disebabkan karena belum ada ‘shapefile’ atau fitur yang akan digunakan sebagai
lokasi tujuan atau lokasi penyimpanan hasil scanning. Karena itu, kita juga
harus menampilkan shapefile yang akan dijadikan sebagai lokasi penyimpanan
hasil scanning. Dari tombol Add Data, dalam contoh ini kita panggil
scanning.shp
Apa sekarang menu Vectorization pada
toolbar ArcScan sudah aktif? belum. Sekarang kita perlu mengatur shapefile
scanning dalam mode editing, yaitu dari toolbar Editor, tekan
drop-down menu Editor, lalu pilih Start Editing. maka
menu-menu pada toolbar ArcScan akan menjadi aktif.
Dari menu Vectorization,
pilih sub-menu Generate features hingga muncul jendela Generate
Features. Di bawah tulisan Choose the line layer to add the
centerlines to:, akan muncul shapefile dimana kita bisa jadikan target
untuk penyimpanan hasil scanning. Anda bisa langsung menge-klik OK,
maka hasil scanning akan muncul di shapefile scanning.shp. Sekarang dari
menu Editor, pilih sub-menu Stop Editing. Anda akan
ditanya apakah anda ingin menyimpan hasil editing (Do you want to save your
edits?), pilih Yes.
Mengkonversi hasil digitasi otomat menjadi fitur poligon
Apabila anda tidak hanya sekedar menginginkan scanning dalam bentuk topologi line, akan tetapi anda menginginkan hasil dalam bentuk topologi poligon, maka yang perlu anda lakukan sekarang adalah menambahkan shapefile kosong dengan tipe poligon sebagai lokasi atau target penyimpanan hasil konversi topologi garis menjadi poligon, dalam contoh ini, kita panggil shapefile bertopologi poligon dengan nama fromline.shp.
Mengkonversi hasil digitasi otomat menjadi fitur poligon
Apabila anda tidak hanya sekedar menginginkan scanning dalam bentuk topologi line, akan tetapi anda menginginkan hasil dalam bentuk topologi poligon, maka yang perlu anda lakukan sekarang adalah menambahkan shapefile kosong dengan tipe poligon sebagai lokasi atau target penyimpanan hasil konversi topologi garis menjadi poligon, dalam contoh ini, kita panggil shapefile bertopologi poligon dengan nama fromline.shp.
Ubah mode editing dari menu Editor>
Start Editing
Klik di sembarang tempat kosong di menu
bar atau tool bar, lalu dari list yang ada, pilih Topology,
sehingga berikutnya akan muncul toolbar Topology.
Gunakan tool panah Edit Tool untuk
menyeleksi seluruh bagian yang akan dikonversi menjadi topologi poligon, dengan
cara membuat seleksi dengan bentuk kotak melingkup keseluruhan fitur dari
shapefile scanning.shp..
Setelah seluruh bagian yang akan
dikonversi terseleksi, maka tombol Construct Feature akan
menjadi aktif. Tinggal klik tombol tersebut, dan jangan lupa dari toolbar
Editor, pada opsi Target:, yang anda pilih adalah shapefile topologi poligon
yang akan anda jadikan sebagai target/lokasi penyimpanan hasil konversi.
Berikutnya akan muncul jendela Construct Features, dimana akan ada
kolom isian Cluster Tolerance:, dan adapula Construction
Options. Pada Construction Options, ada tiga opsi yang bisa
anda pilih:
(1) Create new polygon from selected features
Opsi ini secara otomatis akan langung membuat fitur poligon tanpa mempedulikan apakah dalam fitur yang akan dijadikan sebagai wadah sudah memiliki fitur atau masih kosong.
(2) Create new polygons (considering existing features in target layer)
Untuk opsi ini, apabila layer target sudah memiliki fitur, maka poligon akan ditambahkan ke dalam fitur yang sudah ada, sehingga apabila fiturnya saling bertampalan, maka secara otomatis fitur dari polyline milik layer scanning dan fitur poligon yang sudah ada pada shapefile fromline akan saling diintersect, sehingga akan terbentuk poligon yang merupakan gabungan dari fitur poligon yang sudah ada dengan fitur hasil konversi yang sudah ter-construct alias tidak ada poligon yang saling betumpukan karena sudah terintersect.
(3) Split existing features in target layer using selection
Untuk opsi ini, fitur poligon yang ada pada layer target akan di-split menggunakan garis-garis yang membentuk fitur scanning.
(1) Create new polygon from selected features
Opsi ini secara otomatis akan langung membuat fitur poligon tanpa mempedulikan apakah dalam fitur yang akan dijadikan sebagai wadah sudah memiliki fitur atau masih kosong.
(2) Create new polygons (considering existing features in target layer)
Untuk opsi ini, apabila layer target sudah memiliki fitur, maka poligon akan ditambahkan ke dalam fitur yang sudah ada, sehingga apabila fiturnya saling bertampalan, maka secara otomatis fitur dari polyline milik layer scanning dan fitur poligon yang sudah ada pada shapefile fromline akan saling diintersect, sehingga akan terbentuk poligon yang merupakan gabungan dari fitur poligon yang sudah ada dengan fitur hasil konversi yang sudah ter-construct alias tidak ada poligon yang saling betumpukan karena sudah terintersect.
(3) Split existing features in target layer using selection
Untuk opsi ini, fitur poligon yang ada pada layer target akan di-split menggunakan garis-garis yang membentuk fitur scanning.
Karena shapefile target kita masih
kosong, maka opsi yang terpilih adalah Create new polygon from selected
features. Selanjutnya klik OK. Sekarang layer fromline anda
sudah memiliki fitur berbentuk poligon. dari menu Editor,
pilih Stop Editing, lalu simpan perubahan yang sudah anda lakukan.
Tutorial ini saya praktikkan dengan menggunakan piranti lunak ESRI ArcGIS 9.2, dengan kontribusi dari rekan saya; Bang Satrio. Saya dulu ‘tidak sengaja’ menemukan fasilitas ini dengan menggunakan program ESRI ArcGIS versi 9.0, dan dari pengamatan saya, operasi scanning ini hanya bisa dilakukan dengan syarat bahwa file raster yang ditampilkan hanya memiliki 2 warna, yaitu hitam dan putih. Saya sedikit lupa dengan langkah yang harus dilakukan pada ESRI ArcGIS 9.0, tapi secara garis besar tidak jauh beda dengan tutorial ini.
Tutorial ini saya praktikkan dengan menggunakan piranti lunak ESRI ArcGIS 9.2, dengan kontribusi dari rekan saya; Bang Satrio. Saya dulu ‘tidak sengaja’ menemukan fasilitas ini dengan menggunakan program ESRI ArcGIS versi 9.0, dan dari pengamatan saya, operasi scanning ini hanya bisa dilakukan dengan syarat bahwa file raster yang ditampilkan hanya memiliki 2 warna, yaitu hitam dan putih. Saya sedikit lupa dengan langkah yang harus dilakukan pada ESRI ArcGIS 9.0, tapi secara garis besar tidak jauh beda dengan tutorial ini.
Peta
adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu
melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara
yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital
yang tampil di layar komputer. Kalau Anda bertanya kapan peta mulai ada
dan digunakan manusia? Jawabannya adalah peta mulai ada dan digunakan
manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih
dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi
suatu tempat.
Pada awal
abad ke 2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya
peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi
nama “Atlas Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi.
Sedangkan orang ahli membuat peta disebut kartografer.
Peta bisa
menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan
menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang
eksplorasi. Sebagai contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan
yang eksotik seperti Hakapehi di Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi
seseorang. Dengan kata lain, peta yang berisi banyak detail yang menarik dari
suatu daerah/wilayah dapat menggoda/menarik orang lain ke wilayah tersebut.
Berdasarkan
penggunaannya peta dapat di bagi menjadi peta dasar dan peta tematik. Peta
dasar biasanya digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum
maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi. Peta
tematik adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan
informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan
hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain.
Berdasarkan
skala peta dpt dibagi menjadi: Peta kadaster/teknik adalah peta yang
mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000, Peta skala
besar adalah peta dengan skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000, Peta
skala sedang adalah peta dengan skala 1 : 250.000 sampai 1: 500.000
dan Peta skala kecil adalah peta dengan skala 1 : 500.000 sampai 1
: 1.000.000 atau lebih.
Secara
umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut: Menunjukkan posisi atau
lokasi suatu tempat di permukaan bumi, Memperlihatkan ukuran (luas, jarak)
dan arah suatu tempat di permukaan bumi. Menggambarkan bentuk-bentuk di
permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk
lainnya. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi
daerah yang akan diteliti. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Alat untuk menjelaskan
rencana-rencana yang diajukan. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik
antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.
Adapun
komponen-komponen dari peta adalah :
1. Isi peta => Isi peta
menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada
pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan, isi
peta tentunya berupa isohyet.
2. Judul peta => Judul
peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul
petanya menjadi “Peta Distribusi Curah Hujan”, dan sebagainya.
3. Sekala peta dan Simbol
Arah => Sekala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian
dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan
tergambar jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000
misalnya. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih rinci dan detail
pada sekala 1:10.000 dibandingkan peta sekala 1:50.000. Simbol arah
dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah
pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah
tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih
dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan
objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan.
4. Legenda atau Keterangan
=> Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian
dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
5. Inzet dan Index peta =>
Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang
dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari
bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa
merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet. Sedangkan index peta
merupakan sistem tata letak peta, dimana menunjukan letak peta yang
bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.
6. Grid => Dalam selembar
peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid system.
Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak
lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar
peta.
7. Nomor peta => Penomoran
peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta
terangkai dalam satu bagian muka bumi.
8. Sumber/Keterangan Riwayat
Peta => Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun
peta, percetakan,sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis,
tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan
lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat
dipertanggungjawabkan.
|
|
|
|
Secara umum, proyeksi peta dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara pemindahan data topografi dari
permukaan Bumi ke atas permukaanpeta.
Proyeksi peta menurut jenis bidang
proyeksi dibedakan :
Proyeksi peta menurut kedudukan bidang
proyeksi dibedakan :
- Proyeksi normal
- Proyeksi miring
- Proyeksi transversal
- Proyeksi conform,
merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut
- Proyeksi equidistant,
merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya panjang jarak
- Proyeksi equivalent,
merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas suatu daerah
pada bidang lengkung
Komentar
Posting Komentar