Pemetaan Bencana

     2. PEMETAAN BENCANA

Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengganggu kehidupan dan penghidupan masayarakat, disebabkan oleh faktor alam dan non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologi.
Maksud dari Pemetaan Kawasan Rawan Bencana ini adalah untuk menentukan lokasi daerah rawan bencana yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penanggulan bencana dan mitigasi bencana. Sedangkan sasaran adalah tersedianya peta lokasi daerah rawan bencana yang akan membantu pengambil keputusan untuk bertindak dalam masa sebelum bencana, antara lain terkait: kajian lokasi rawan bencana, manajemen bencana, mitigasi berbagai resiko bencana, evakuasi dan penyelamatan, dan pengembangan wilayah pesisir. Ataupun pada masa setelah bencana untuk membantu proses rekonstruksi wilayah terkena bencana.
Tidak semua bencana dapat dipetakan, berikut adalah beberapa pemetaan bencana:
A. Pembuatan Peta Rawan Banjir
Karakteristik DAS sangat dipengaruhi pula oleh letaknya di dalam DAS itu sendiri. Untuk daerah hulu dengan alur sungai yang relatif curam dan bukit-bukit terjal, maka banjir dengan waktu datang sangat singkat sering terjadi. Namun di daerah ini banjir akan datang dengan waktu yang singkat, demikian pula dengan waktu berakhirnya, karena elevasi daerah yang relatif lebih tinggi sehingga air banjir dengan mudah mencari alur keluar.
Metoda pemetaan banjir yang efektif adalah hasil perhitungan hidrologi di uji silang dengan survey geologi lapangan terhadap teras sungai, yang di amati adalah : ketinggian endapan teras, tebal endapan, jenis endapan diplot pada peta dasar 1 : 1000 sampai 1 : 10.000. Pada banjir yang masih baru terjadi, yaitu kejadiannya 1-3 tahun yang lalu biasanya indikator sampah yang tersangkut di bambu/tebing masih bisa terlihat sebagai data pengontrol bagi hasil wawancara dengan masyarakat. Data yang dibutuhkan adalah data peta kontur dari peta rupa bumi indonesia skala 1 : 25.000 dan peta DAS mencakup seluruh daerah yang akan dipetakan.
Topographic Wetness index (index kebasahan) yang telah dibuat diklasifikasi menjadi tingkat kerawanan banjir. Klasifikasi yang dilakukan menjadi 5 kelas dengan, yaitu kelas sangat rawan, rawan, agak rawan, potensial rawan dan tidak rawan.
image
Berikut ini contoh peta resiko bencana banjir
image
B. Pembuatan Peta Rawan Longsor 
Berdasarkan analisis Peta Rupa Bumi Indonesia dari Bakosurtanal dengan skala 1 : 25.000 kondisi Topografi suatu wilayah dapat dikelompokkan kelerengannya menjadi 15 o – 30 o , 30 o – 45 o dan >45o , semakin besar sudut kelerengan maka kondisi tanah semakin tidak stabil dari segi mekanika batuan tetapi belum tentu rawan longsor. Peta yang digunakan adalah :
  • Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian
  • Peta Landsystem
  • Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000
  • Peta Jenis Tanah
  • Peta curah hujan
  • Peta Penggunaan Lahan.
Faktor-faktor yang diperhitungkan disini adalah :
  1. Faktor kelerengan
  2. Faktor Hidrologi dan DAS
  3. Faktor geologis
  4. Faktor litologis
  5. Faktor curah hujan
  6. Faktor patahan
  7. Faktor jalan
  8. Faktor pemukiman
  9. Faktor penggunaan lahan
  10. Faktor tekstur tanah menggunakan pendekatan jenis tanah
Hasil dari estimasi longsor ini diklasifikasikan menjadi 5 kelas, sebagai berikut :
image
Berikut ini adalah peta resiko bencana longsor 
image
C. Pembuatan Peta Potensi Dan Rawan Tsunami
Peta Potensi Tsunami adalah peta bahaya tsunami pada daerah tersebut berdasarkan peristiwa tsunami yang pernah terjadi. Data dasar yang dipakai dalam pembuatan peta ini adalah ketinggian “run up” (limpasan gelombang tsunami di pantai) yang terukur di lapangan. Ketinggian diukur dengan titik dasar pada garis pantai. “Run up” dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : tidak bahaya, dengan tinggi run up 0 – 2 m; bahaya, dengan tinggi run up 2 – 5 m; dan sangat bahaya, dengan tinggi run up lebih dari 5m.
Peta rawan tsunami menggambarkan pantai yang rawan terhadap bahaya tsunami. Kerawanan terhadap tsunami disusun berdasarkan peta tektonik, dimana zona-zona subduksi dan zona busur dalam (back arc thrust) merupakan sumber gempabumi dangkal di laut. Dengan demikian pantai yang menghadap kedua kondisi tektonik tersebut merupakan pantai yang rawan tsunami.
image

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara menghitung kemiringan

Poligon Tertutup

SISTEM KOORDINAT PETA DAN PROYEKSI PETA